Jumat, 08 Maret 2013

SINONIMI DAN ANTONIMI


PENDAHULUAN
Bahasa merupakan media komunikasi yang paling efektif yang dipergunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan individu lainnya. Bahasa yang digunakan dalam berinteraksi pada keseharian kita sangat bervariasi bentuknya, baik dilihat dari fungsi maupun bentuknya. Tataran penggunaan bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat dalam berinteraksi tentunya tidak lepas dari penggunaan kata atau kalimat yang bermuara pada makna, yang merupakan ruang lingkup dari semantik.
Setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia, sering kali kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya. Hubungan atau relasi kemaknaan ini mungkin menyangkut hal kesamaan makna (sinonimi), kebalikan makna (antonimi), kegandaan makna (polisemi dan ambiguitas), ketercakupan makna (hiponimi), kelainan makna (homonimi), kelebihan makna (redundansi), dan sebagainya. Berikut ini akan dibicarakan hal tesebut satu persatu.

PEMBAHASAN
1.      SINONIMI

Sinonimi  berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti ‘nama’ dan syn yang berarti ‘dengan’. Jadi, sinonimi adalah ‘nama kain untuk benda atau hal yang sama.Venhaar (1978) mengatakan sinonimi adalah ungkapan (bisa berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain.
Contoh: mati, wafat, meninggal, dan mampus
Buruk, dan jelek
Sinonimi “ maknanya kurang lebih sama” ini berarti, dua buah kata yang bersinonim itu, kesamaannya tidak seratus persen, hanya kurang lebih saja. Kalau dua buah kata yang bersinonim tidak memiliki makna yang persis sama, yang sama apanya? Menurut teori Venhaar yang sama adalah informasinya.
Sinonimi adalah hubungan atau relasi persamaan makna. Hubungannya bersifat timbal balik; dapat kita katakan bahwa nasib bersinonim dengan takdir, ataupun sebaliknya kata takdir bersinonim dengan nasib. Jadi, bentuk kebahasaan yang satu memiliki kesamaan makna dengan bentuk kebahasaan yang lain. Walaupun kata-kata bersinonim tersebut memiliki kesamaan makna, tetapi kesamaan makna itu tidak bersifat menyeluruh (total) atau benar-benar hanya bersifat “mirip”.
Contoh sinonimi
mati = tewas
ayah = bapak
pintar = pandai
cantik = molek
bunga = kembang
hemat = irit
bodoh = dungu
kejam = bengis

2.      ANTONIMI DAN OPOSISI

Antonimi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti ‘nama’ dan anti yang berarti ‘melawan. Jadi antonimi adalah ‘nama lain untuk benda lain pula’. Venhaar menjelaskan (1978) mendefinisikan antonimi adalah ungkapan (berupa kata, dapat pula dalam bentuk frase atau kalimat).
Contoh : besar X kecil
pulang X pergi
Contoh Antonim :
•kerasx lembek
•naikx turun
•kayax miskin
•surgax neraka
•laki-lakix perempuan
•atas x bawah
Contoh kalimat :
1. Suara pak guru sangat keras sekali
2. Kue lapis yang dimakan toni sangat lembek
3. Laki-laki itu datang tak diundang
4. Nina adalah perempuan yang baik hati dan ramah
Sehubungan dengan ini banyak pula yang menyebutnya oposisi makna.

Berdasarkan sifatnya, oposisi dapat dibedakan menjadi:

2.1  Oposisi Mutlak

Di sini terdapat pertentangan makna secara mutlak.
Contoh: hidup dan mati.
Antara hidup dan mati terdapat batas yang mutlak, sebab sesuatu yang yang hidup tentu belum mati; sedangkan sesuatu yang mati tentu sudah tidak hidup lagi.

2.2  Oposisi Kutub

Makna kata-kata yang temasuk oposisi kutub ini pertentangannya tidak bersifat mutlak, melainkan bersifat gradasi (terdapat tingkat-tingkat makna pada kata tersebut).
Contoh: kaya dan miskin
Orang yang tidak kaya belum tentu miskin, dan begitu juga orang yang tidak miskin belum tentu merasa kaya.

2.3  Oposisi Hubungan

Makna kata-kata yang beraposisi hubungan (relasional) ini bersifat saling melengkapi. Artinya kehadiran kata yang satu karena ada kata lain yang menjadi oposisinya, tanpa kehadirannya keduanya maka oposisi ini tidak ada.
Contoh: menjual dan membeli
suami istri
             

     
2.4  Oposisi Hierakial

Makna kata-kata yang beroposisi hierarkial ini menyatakan suatu deret jenjang atau tingkatan. Kata-kata yang beroposisi hierarkial ini adalah kata-kata yang berupa nama satuan ukuran (berat, panjang, dan isi).
Misalnya: meter beraposisi hierarkial dengan kata kilometer



2.5  Oposisi Majemuk

Adalah oposisi di antara dua buah kata.
Contoh: mati-hidup
Jauh-dekat


Sumber
Chaer, Abdul. 2009 Pengantar Semantik Bahasa Indonesia.Jakarta: Rineka Cipta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar